Perang Makin Berkecamuk, Banyak Negara Termasuk Indonesia Eksodus Besar-Besaran Warganya di Sudan

- 24 April 2023, 21:01 WIB
Perang saudara antara pasukan tentara militer dan milisi RSF makin berkecamuk di Sudan, banyak negara yang evakuasi warganya
Perang saudara antara pasukan tentara militer dan milisi RSF makin berkecamuk di Sudan, banyak negara yang evakuasi warganya ///Reuters/Andreea Campeanu

MALANG TERKINI – Negara-negara asing mendorong warganya pada Senin, 24 April 2023, untuk melakukan evakuasi dari Sudan yang dilanda kekacauan, di mana pertempuran sengit telah berkecamuk selama 10 hari di negara tersebut.

Menurut PBB, ketika tentara dan pasukan paramiliter kembali bentrok di Khartoum dan di seluruh negeri, orang-orang Sudan yang ketakutan telah mengalami kekurangan air, makanan, obat-obatan dan bahan bakar. Selain itu supply listrik dan internet telah diputus.

Setidaknya 427 orang dilaporkan tewas dan lebih dari 3.700 terluka. PBB juga melaporkan warga sipil Sudan telah banyak yang melarikan diri dari daerah yang terkena dampak pertempuran, diantaranya ke Chad, Mesir dan Sudan Selatan.

Baca Juga: Resep Minuman Sehat Turunkan Kolesterol Jahat Karena Makanan Lebaran, Bisa Kurangi Berat Badan

"Kamar mayat penuh, mayat berserakan di jalan dan rumah sakit yang kewalahan seringkali harus menghentikan operasinya karena alasan keamanan,” kata Dr Attiya Abdallah, kepala serikat dokter.

Dilansir Malang Terkini dari Channel News Asia yang diunggah pada 24 April 2023, Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa, Timur Tengah, Afrika, dan Asia telah meluncurkan misi darurat untuk menyelamatkan staf kedutaan mereka dan warga negaranya yang berbasis di Sudan melalui jalan darat, udara dan laut.

Pasukan khusus AS menyerbu dengan helikopter Chinook pada hari Minggu untuk menyelamatkan para diplomat dan staf, sementara Inggris meluncurkan misi penyelamatan serupa yang melibatkan lebih dari 1.000 personel militer.

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan lebih dari 1.000 warga telah dibawa keluar dari Sudan selama akhir pekan yang panjang dan intens, yang melibatkan misi oleh Prancis, Jerman, dan negara-negara anggota lainnya.

Baca Juga: Ciri-Ciri atau Tanda Wanita Sudah Selingkuh dengan Pria Lain

Sementara itu, bandara internasional Khartoum telah ditutup setelah pertempuran yang terjadi, yang banyak menyebabkan pesawat terbakar hangus di landasan pacu, banyak orang asing diterbangkan dari lapangan terbang yang lebih kecil di Djibouti.

"Situasi di Khartoum sangat menyedihkan. Saya pergi dengan T-shirt dan piyama ini, hanya ini yang saya miliki setelah 17 tahun," terang pengungsi.

Perang di Sudan sudah 10 hari terjadi

Pertempuran dimulai pada 15 April di negara Afrika yang sudah dilanda kemiskinan dengan sejarah kudeta militernya tersebut. Perang memicu kekhawatiran akan pertumpahan darah yang lebih dalam dan krisis kemanusiaan yang lebih luas.

Di ibu kota yang berpenduduk lima juta jiwa itu, tentara Sudan dan pasukan paramiliter telah bertempur di jalanan, dengan langit yang sering dihujam oleh tembakan, gedung-gedung yang dibom dan toko-toko yang dijarah.

“Kehidupan di Khartoum yang dilanda perang dibebani dengan kecemasan dan kelelahan", kata penduduk Tagreed Abdin, seorang arsitek.

Baca Juga: Tugas Siswa SD dan SMP: Contoh Cerita Libur Lebaran Idul Fitri Bersama Keluarga Mudik ke Kampung

"Ada serangan roket di lingkungan kami yang hanya berjarak beberapa pintu, tidak ada lagi tempat yang aman," lanjutnya.

Diketahui bahwa pertempuran pecah sejak 15 April. Perang melibatkan pasukan yang setia kepada panglima militer Abdel Fattah al-Burhan dan wakilnya yang menjadi saingannya Mohamed Hamdan Daglo, yang memimpin Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter yang kuat.

Kedua jenderal tersebut merebut kekuasaan dalam kudeta tahun 2021, tetapi kemudian jatuh dalam perebutan kekuasaan yang sengit, yang terakhir berpusat pada rencana integrasi RSF ke dalam tentara regular di Sudan.***

Editor: Niken Astuti Olivia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x