Maraknya Penyakit Flu Burung yang Berpotensi Zoonosis, Bisa Menyebabkan Penyakit Paru Berat

3 Maret 2023, 15:09 WIB
Ilustrasi unggas yang marak terkena flu burung /Pixabay/Ralphs_Fotos/

MALANG TERKINI - Flu burung adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A subtipe H5N1 yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia atau bersifat zoonosis.

Biasanya flu burung memang menyerang unggas, tetapi karena bersifat zoonosis, penyakit ini pun bisa sewaktu-waktu menyerang ke manusia.

Belakangan ini, tercatat beberapa kasus unggas yang terkena flu burung, dengan kematian yang tiba-tiba pada unggas.

Manusia pun perlu mewaspadai penyakit flu burung ini, meskipun belum tercatat ada kasus penularan flu burung pada manusia, tetapi potensi penularan nya sangat besar.

Baca Juga: 8 Gejala Penyakit Leukimia yang Harus Diketahui, Mulai Munculnya Memar Berlebihan Hingga Pendarahan Tak Biasa

Terutama pada manusia yang sering berkontak dengan unggas, kesehatan unggas perlu selalu diperhatikan agar selalu sehat dan tidak terjangkit flu burung.

Dr Dwi Oktavia, M.Epid, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, mengatakan bahwa jika manusia terjangkit penyakit flu burung bisa menimbulkan penyakit paru berat.

Dikutip Malang Terkini dari Antara, Dwi mengatakan bahwa penyakit ini bisa berkembang cepat di tubuh manusia, dan bisa berkembang menjadi penyakit berat.

"Penyakit ini dapat berkembang cepat di manusia yang menyebabkan gambaran pneumonia sampai terjadinya sindrom gangguan pernapasan akut," kata Dwi.

Baca Juga: Apa Saja Jenis Penyakit Mental? Berikut Tanda-Tanda serta Cara Mengobatinya

Flu burung dapat menyebabkan perubahan neurologis, berupa perubahan mental atau kejang, hingga menyebabkan kematian seperti pada unggas.

Dwi mengatakan kasus ini umumnya memang terjadi pada unggas, namun perlu diwaspadai jika melihat pengalaman terdahulu bahwa bagaimana unggas ini kehidupannya dekat dengan manusia.

Virus yang terdapat pada flu burung, bisa menimbulkan sakit berat karena virus H5N1 sendiri tergolong Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI).

Pada unggas, flu burung ditandai dengan jengger dan pial membengkak dan berwarna kebiruan, diare, adanya cairan pada mata dan hidung, bersin, batuk, hingga kematian yang tergolong cepat dalam waktu 2 hari atau maksimal 1 minggu.

Baca Juga: Difteri: Ini Gejala dan Cara Pencegahan Penyakit yang Jadi KLB di Garut

Sedangkan pada manusia, flu burung ditandai dengan demam melebihi 38 derajat celcius, lemas, nyeri tenggorokan, batuk, nyeri otot, nyeri dada, nyeri perut hingga diare.

"Secara umum memang mirip dengan virus influenza lain dan COVID-19. Tapi yang penting, yang dapat menjadi kunci adalah flu burung ini kalau ada riwayat kontak dengan unggas sakit atau mati mendadak," ucap Dwi.

Pada kasus flu burung pada tahun 2005-2011 di DKI Jakarta, bisa dilihat interval waktu antara gejala awal pasien hingga meninggal dunia terhitung jarak waktu 7-9 hari saja.

Kata Dwi kemungkinan juga saat di diagnosis kondisinya cukup parah, sehingga waktu cukup pendek pada jarak saat diagnosis sampai meninggal dunia.

Baca Juga: Waspada! Penyakit-penyakit Ini Sering Muncul Saat Musim Hujan

Dwi juga menambahkan jika menemukan kasus unggas dengan kematian yang mendadak dalam jumlah banyak, dihimbau untuk segera melapor pada lurah atau camat dan perwakilan dinas KPKP terdekat.

Dihimbau juga pada masyarakat untuk tidak panik menghadapi kasus flu burung ini tapi tetap harus selalu waspada, masyarakat juga harus segera ke fasilitas kesehatan apalagi mengalami demam, sesak, dan beberapa ciri-ciri dari gejala flu burung pada manusia.

Jika mengalami beberapa gejala tersebut, terutama setelah mengalami kontak erat dengan unggas yang sakit atau mati mendadak, harus segera diperiksa lebih lanjut agar mendapatkan penanganan yang tepat.

Pencegahan yang utama adalah harus melakukan perilaku hidup bersih dan sehat, lalu menjaga kesehatan lingkungan, memasak bahan makanan sampai matang sempurna, dan yang terpenting membersihkan kandang unggas dengan desinfektan minimal seminggu sekali.***

Editor: Ratna Dwi Mayasari

Tags

Terkini

Terpopuler