2 Cara Deteksi Dini Kanker Payudara yang Wajib di Ketahui Para Wanita

- 24 Oktober 2022, 21:56 WIB
2 Cara Deteksi Dini Kanker Payudara yang Wajib di Ketahui Para Wanita
2 Cara Deteksi Dini Kanker Payudara yang Wajib di Ketahui Para Wanita /Pexels/Anna Tarazecic

MALANG TERKINI – Kanker payudara saat ini merupakan salah satu jenis kanker yang paling banyak menyerang masyarakat Indonesia khususnya wanita.

Sebenarnya laki – laki juga memiliki resiko yang sama dengan wanita dalam hal mengidap kanker payudara. Namun fakta yang ada, wanita lebih banyak yang terkena kanker tersebut.

Karna jumlah penderita kanker payudara yang tinggi inilah perlu untuk diketahui cara deteksi dini dengan sesegera mungkin.

Baca Juga: WAJIB TAHU! 5 Hal Penting Tentang Kanker Payudara, Jangan Salah Langkah!

Deteksi dini terhadap adanya kanker payudara sangatlah penting untuk menentukan langkah lanjutan. Hal ini sangat perlu diketahui oleh semua orang khususnya wanita yang memiliki resiko lebih tinggi.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada 2019 melalui unggahan di websitenya mengeluarkan dua cara deteksi dini kanker payudara.

2 cara deteksi dini ini disebut dengan cara SADARI dan SADANIS. SADARI ialah Pemeriksaan Payudara Sendiri. SADANIS adalah Pemeriksaan Payudara Klinis.

Kedua cara ini bertujuan untuk menemukan tanda-tanda munculnya kanker pada payudara dengan sedini mungkin agar dapat memutuskan tindakan selanjutnya dengan cepat.

Sekecil apapun tanda dan benjolan yang ditemukan segeralah untuk melakukan pemeriksaan lanjutan dan konsultasi dengan dokter.

Baca Juga: 3 Orang Tewas Tertimbun Longsor di Sukabumi, BPBD Peringatkan Warga untuk Terus Waspada!

Karna menunda pemeriksaan dan konsultasi sama saja memberikan kesempatan sel kanker untuk berkembang dan mengurangi kesempatan sembuh.

1. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)

SADARI merupakan salah satu upaya untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan secara fisik pada payudara. Upaya ini dilakukan oleh diri sendiri sebagai tindakan preventif awal.

Pemeriksaan ini direkomendasikan dilakukan sejak usia 20 tahun dan dilakukan sendiri rutin setiap bulan.

Disarankan bagi wanita yang masih menjalani menstruasi, pemeriksaan ini dilakukan setiap hari ke 7 – 10 dari hari pertama saat menstruasi.

Bagi wanita yang sudah menopause, pemeriksaan dapat dilakukan pada tanggal yang sama setiap bulannya.

Ada delapan keadaan yang harus diperhatikan dalam melakukan deteksi dini SADARI. Yaitu teraba benjolan, penebalan kulit, perubahan ukuran dan bentuk, pengerutan kulit payudara.

Selain itu, yang harus diperhatikan lainnya yaitu keluar cairan dari puting, nyeri, pembengkakan lengan atas, dan terabanya benjolan pada ketiak atau sekitar leher.

Terdapat 6 langkah yang direkomendasikan Yayasan Kanker Indonesia saat melakukan SADARI, yaitu

Baca Juga: 6 Tips Menghadapi Stress Kerja, Jangan Lewatkan Nomor 4!

a. Berdiri tegak, cek bila ada perubahan bentuk dan permukaan kulit payudara bahkan pembengkakan atau perubahan pada puting.

b. Angkat kedua lengan ke atas, lalu tekuk siku dan posiskan tangan dibelakang kepala. Lalu dorong siku kedepan dan belakang. cek bentuk maupun ukuran payudara.

c. Posisikan kedua tangan pada pinggang, condongkan bahu ke depan sehingga posisi payudara menggantung, dorong kedua siku kedepan dan kencangkan otot data.

d. Angkat lengan kiri ke atas, tekuk siku sehingga tangan kiri memegang bagian atas punggung. Raba dan tekan area payudara dengan ujung jari tangan kanan, cek seluruh bagian payudara kiri hingga ketiak.

Lakukan pengecekan menyeluruh baik atas - bawah, melingkar atau lurus dari tepi ke tengah dan sebaliknya.

e. Cubit kedua puting, bila mengeluarkan cairan dari puting segeralah konsul ke dokter sesuai apa yang terjadi dan apa yang dirasakan.

f. Pada posisi tidur, letakkan bantal dibawah pundak dan angkat lengan ke atas. Lakukan pola gerakan atas – bawah, melingkar – lurus dari tepi ke tengah dan sebaliknya. Cek keseluruhan dari payudara hingga ketiak.

Baca Juga: Varian Baru dari Covid-19 XBB Terdeteksi, Kemenkes Imbau Masyarakat untuk Tetap Waspada pada Awal Tahun

2. SADANIS (Pemeriksaan Payudara Klinis)

SADANIS merupakan salah satu upaya untuk mengetahui ada atau tidaknya indikator kanker payudara dengan pemeriksaan payudara klinis yang dilakukan oleh dokter yang berkompeten.

Pemeriksaan secara klinis dapat dilakukan dengan skrining dengan menggunakan USG Payudara dan Mammografi.

Hasil dari kedua tes tersebut dapat digunakan untuk melengkapi data satu dengan yang lain dalam indikator pengecekan kanker payudara.

USG Payudara ialah jenis USG dengan menggunakan suara frekuensi tinggi atau ultrasonik. Gelombang akan muncul dari mesin pemindai yang akan memunculkan gambar payudara bagian dalam di layar monitor.

Baca Juga: Mengenal Angiosarcoma, Penyakit Kanker yang Menyerang Pembuluh Darah

USG Payudara digunakan untuk mendeteksi ukuran dan lokasi benjolan. Hasil USG dapat membantu dokter menentukan jenis benjolan termasuk kista atau tumor atau kelainan lainnya.

USG Payudara dilakukan oleh dokter radiologi pada unit radiologi selama 15-30 menit. USG merupakan pemeriksaan paling aman karna tidak menimbulkan efek samping yang berlebihan.

Terkadang ada efek samping yang muncul seperti alergi pada gel pemeriksaan, namun hal ini jarang sekali terjadi. USG juga kadang digunakan untuk alat pemandu biopsi payudara.

Mammografi ialah pemeriksaan payudara menggunakan foto X-Ray untuk melihat jaringan payudara dengan sinar-X dosis rendah (umumnya berkisar 0,7mSv).

Tujuan pemeriksaan ini untuk melihat ada atau tidaknya kelainan yang mengarah pada kanker payudara.

Cara pemeriksaan ini lebih disarankan untuk pasien diatas 35 tahun atau 40 tahun. Pemeriksaan dengan cara ini penting karena sistem ini cukup sensitif untuk mendeteksi tanda dan gejala awal kanker.

Baca Juga: Khasiat Kacang Panjang untuk Kesehatan, Dokter Fery: Dapat Mencegah Penyakit Kanker

Deteksi dengan mammografi disarankan untuk usia diatas 35 tahun dikarenakan seiring bertambahnya usia maka resiko kanker juga semakin meningkat.

Orang lanjut usia diharapkan melakukan tes dengan mammografi karena payudara pasien usia lanjut seringkali penuh dengan jaringan lemak dan bukan lagi kelenjar susu seperti usia muda.

Mammografi sendiri dapat mendeteksi keberadaan sel kanker pada jaringan lemak yang ada di payudara.

Deteksi dengan sistem ini selain untuk lanjut usia juga direkomendasikan bagi yang memilki riwayat kanker sebagai riwayat penyakit keluarga.

Mammografi sendiri untuk usia diatas 40 tahun lebih baik dilakukan 1-2 kali dalam setahun. Sistem ini tidak dianjurkan bagi ibu hamil dan menyusui.

Baca Juga: dr. Ema Surya Pertiwi Peringatkan 5 Kebiasaan Ini Sebabkan Kanker Serviks Bagi Wanita

Hal ini dikarenakan penggunaan x-ray dapat memancarkan radiasi. Radiasi tersebut dapat mengganggu perkembangan janin. Jika terpaksa maka area perut harus ditutup dengan timbal.

Apalagi cara ini sangat tidak disarankan untuk ibu hamil pada trimester pertama. Dokter akan menyarankan untuk melakukan USG Payudara bagi ibu hamil.

Kalaupun ibu hamil terkonfirmasi kanker payudara, tidak ada pengobatan yang disarankan untuk ibu hamil. Pengobatan akan dilakukan setelah bayi dilahirkan.

Pada ibu menyusui, mammografi tidak disarankan karna prosedur ini akan menimbulkan rasa sakit bagi ibu menyusui.

Pasalnya saat menyusui, payudara ibu akan penuh dengan ASI. Apabila dilakukan penekanan dengan alat akan membuat payudara yang nyeri semakin lebih terasa nyeri lagi. ***

Editor: Gilang Rafiqa Sari


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah