Apa Itu Eksibisionis? Kesenangan dalam Memperlihatkan Diri

- 6 Mei 2023, 08:28 WIB
Ilustrasi: Apa itu Exhibitionism?
Ilustrasi: Apa itu Exhibitionism? /pexels/ Engin Akyurt/

MALANG TERKINI - Eksibisionis adalah seorang individu yang merasakan kesenangan atau kepuasan seksual dengan cara memperlihatkan tubuh atau perilaku seksual mereka kepada orang lain tanpa persetujuan.

Fenomena ini umumnya terjadi di tempat-tempat umum, seperti taman, transportasi umum, atau kamar hotel dengan jendela yang terbuka. Eksibisionisme sering dikaitkan dengan dorongan yang kuat untuk memperlihatkan diri dan mendapatkan respons atau perhatian dari orang lain. Untuk lebih memahami eksibisionisme, kita dapat merujuk kepada sumber-sumber berikut.

Dilansir dari Psychology Today, eksibisionisme dapat dianggap sebagai bentuk kelainan seksual yang ditandai dengan adanya dorongan untuk memperlihatkan diri dan memperoleh kepuasan seksual melalui tindakan tersebut.

Dijelaskan bahwa eksibisionisme cenderung muncul pada individu yang memiliki masalah dalam mengatur dorongan seksual mereka. Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam mengendalikan hasrat untuk memperlihatkan diri, walaupun mereka menyadari bahwa tindakan tersebut melanggar norma sosial.

Baca Juga: Public Meldown: Pengertian, Penyebab, Cara Mengatasi dan Perbedaanya dengan Tantrum

Dalam artikel yang diterbitkan di Psychology Today dengan judul "Beyond Looking: When Voyeurism Leads to Criminal Behavior," eksibisionisme sering kali berhubungan dengan perilaku kriminal.

Beberapa eksibisionis berkembang menjadi lebih agresif dan mungkin terlibat dalam tindakan seksual yang melibatkan paksaan atau ancaman terhadap orang lain. Para eksibisionis yang melakukan tindakan ini dapat mengalami dorongan untuk mengambil risiko lebih tinggi dan melakukan kegiatan ilegal demi memperoleh kepuasan seksual mereka.

Dikutip Malang Terkini dari webmd.com, eksibisionis sering kali mendapatkan gairah atau kepuasan seksual dengan melihat reaksi orang lain terhadap tindakan mereka. Mereka mungkin merasa terangsang atau terpuaskan secara emosional saat melihat ketidaknyamanan atau kejutan pada orang yang mereka perlihatkan.

Namun, penting untuk dicatat bahwa eksibisionisme adalah tindakan yang melibatkan orang dewasa yang saling menyetujui, dan bukan tindakan yang mengharuskan orang lain merasa tidak nyaman atau terganggu.

Dalam konteks psikologi, eksibisionisme dapat dikaitkan dengan kebutuhan untuk memperoleh validasi diri atau meningkatkan harga diri. Seseorang mungkin merasa puas ketika orang lain memberikan perhatian atau merespons tindakan eksibisionis mereka. Bagi mereka, perilaku ini mungkin menjadi bentuk pengakuan atau pemenuhan kebutuhan psikologis yang mereka anggap penting.

Baca Juga: WHO: Covid-19 Bukan Lagi Darurat Kesehatan Global

Bagi eksibisionis, tindakan mereka dapat berdampak buruk pada korban yang tidak menyetujui atau terganggu dengan perilaku tersebut.

Orang yang tanpa persetujuan terlibat dalam situasi eksibisionis mungkin mengalami trauma, stres, atau rasa tidak aman. Privasi individu dapat terganggu, dan orang yang menjadi korban eksibisionis mungkin merasa terancam atau dilecehkan.

Tindakan eksibisionisme juga dapat memiliki konsekuensi hukum yang serius. Dalam banyak yurisdiksi, eksibisionisme dapat dianggap sebagai pelanggaran atau kejahatan seksual.

Jika tertangkap, eksibisionis dapat menghadapi tuntutan hukum, denda, atau bahkan hukuman penjara. Tujuan hukum dalam kasus-kasus ini adalah melindungi masyarakat dari perilaku yang melanggar privasi dan kesusilaan publik.

Untuk mengatasi eksibisionisme, penting bagi individu yang mengalami dorongan eksibisionis untuk mencari bantuan profesional.

Baca Juga: Apa Itu Bipolar Disorder? Gangguan Kesehatan Mental Ini Tak Bisa Disembuhkan?

Psikoterapi dan konseling dapat membantu eksibisionis mengatasi dorongan mereka, mengembangkan strategi pengendalian diri, dan memahami akar masalah yang mendasari perilaku mereka.

Penting juga bagi masyarakat untuk menyadari tanda-tanda eksibisionisme dan melaporkannya kepada pihak berwenang jika terjadi pelanggaran.***

Editor: Ianatul Ainiyah

Sumber: webmd.com psychologytoday.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah