Bangsa ini harus berani mengatakan, respons parpol terhadap isu kesejahteraan rakyat masih ala kadarnya, kalau tidak boleh dikatakan minim.
Elite partai lebih sibuk dengan manuver terkait politik elektoral dan kekuasaan. Secara jelas semua bisa melihat, parpol belum menunjukkan kepekaan terhadap situasi mutakhir di Tanah Air, sebagai dampak dari krisis global.
Isu dimaksud adalah krisis terkait perubahan iklim dan pemanasan global, yang memiliki dampak langsung pada aspek lingkungan dan ketahanan pangan.
Sudah sejak lama komunitas internasional memiliki komitmen tinggi untuk penurunan emisi, sesuai Kesepakatan Paris (2015). Sementara Indonesia sudah meratifikasi kesepakatan tersebut. Artinya, siapa pun nanti parpol yang berkuasa, untuk melanjutkan upaya netralitas karbon (net zero emission) tahun 2060, atau lebih cepat.
Salah satu langkah strategis adalah melakukan transisi energi, yakni transisi dari penggunaan energi berbasis fosil menuju pemanfaatan secara masif energi terbarukan. Adakah parpol sudah memiliki konsep terkait transisi energi?
Apabila elite parpol sudah bersedia menggunakan kendaraan listrik (electric vehicle), itu sudah banyak membantu bagi transisi energi dan upaya penurunan emisi.
Politik identitas
Salah satu sisi gelap pemilu di era reformasi adalah dimanfaatkannya politik identitas, yaitu meraih kekuasaan dengan pendekatan primordial.
Pemikir besar Soedjatmoko telah memberikan penjelasan terkait bagaimana politik identitas ternyata terhubung dengan tingkat kesejahteraan.
Dalam pandangan Soedjatmoko, kembali pada identitas-identitas parokial, merupakan cara rakyat bawah untuk tetap bertahan, ketika arus perubahan sosial dengan tekanan-tekanannya tidak tertanggungkan oleh rakyat.