Apa Bahaya Etilen Glikol dan Dietilen Glikol yang Diduga Picu Gagal Ginjal Anak? Ini Kata Guru Besar Unpad

20 Oktober 2022, 15:04 WIB
Ilustrasi: Sirup Obat Batuk untuk Anak yang Diduga Penyebab Gagal Ginjal Akut /Pixabay/Steffen Frank/Pixabay

MALANG TERKINI - Pada 12 Oktober 2022 terdapat 65 kasus kematian pada anak yang disebabkan karena gagal ginjal akut. Kejadian ini terjadi di Gambia, Afrika.

Obat batuk yang tercemar oleh etilen glikol dan dietilen glikol dalam obat parasetamol diduga menjadi penyebab terjadinya kasus gagal ginjal akut tersebut.

Lalu apa bahaya dari kandungan dua senyawa tersebut? Prof. apt. Muchtaridi, PhD selaku Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran memaparkan alasan tersebut.

Baca Juga: Cegah Gangguan Ginjal Pada Anak, Kemenkes: Hindari Konsumsi Obat Sirup

Dietilen glikol dan etilen glikol adalah senyawa pelarut organik yang memiliki rasa manis, senyawa ini sering disalahgunakan sebagai pelarut obat untuk mengganti propilen glikol atau polietiken glikol.

“Masalahnya, dietilen glikol dan etilen mengalami oksidasi oleh enzim,” tutur Prof. Muchtaridi sebagaimana dikutip oleh Malang Terkini melalui laman resmi Unpad pada 19 Oktober 2022.

Ketika kedua senyawa ini masuk ke dalam tubuh, keduanya mengalami oksidasi enzim menjadi glikol aldehid yang kemudian dioksidasi kembali menjadi asam glikol oksalat dan terbentuk menjadi asam oksalat.

Asam oksalat inilah yang memicu membentuk batu ginjal. Bentuk asam oksalat jika sudah mengkristal akan seperti jarum tajam.

Baca Juga: Resep Kuah Niku Udon Ala Marugame Ala Chef Devina Hermawan, Anti Gagal dan Bisa Bikin Sendiri di Rumah

“Asam oksalat kelarutannya kecil, kalau ketemu kalsium akan terbetuk garam yang sukar larut air dan larinya akan ke organ seperti empedu dan ginjal. Jika lari ke ginjal akan jadi batu ginjal. Kristalnya tajam akan mencederai ginjal,” imbuhnya.

Jika hal ini terjadi pada anak-anak yang memiliki kecendrungan dengan ukuran ginjal lebih kecil, dampaknya tidak hanya ke ginjal, namun dapat berdampak pada jantung dan dapat memicu kematian lebih cepat.

Lebih lanjut, Prof. Muchtaridi memaparkan bahwa ketika kondisi dehidrasi akan lebih cepat dalam pembentukan asam oksalat, hal ini dapat diperparah bula terjadi di negara-negara dengan kondisi alam yang kering, contohnya seperti di Gambia.

Baca Juga: PSSI Gandeng FIFA, Gita Suwondo Sebut Langkah Positif, Susi Pudjiastuti: Emphaty dimana?

Selain karena memiliki efek samping yang berbahaya, dietilen glikol dan etilen glikol sudah dilarang ketat penggunaannya oleh FAO (Food and Drugs Administration) sejak 1938.

Kejadian ini terjadi di Gambia Afrika dan obat batuk yang disinyalir tercemar tersebut diproduksi oleh perusahaan farmasi asal India yaitu Maiden Pharmaceutical Limited, India.

Menanggapi kasus tersebut BPOM juga telah melakukan pengawasan secara berkala baik itu pre-market dan post-market terhadap produk obat yang beredar di Indonesia.

Sementara, obat sirup anak yang disebutkan dalam informasi dari WHO, terdiri dari Promethazine Oral Solution, Kofexmalin Baby Cough Syrup, Makoff Baby Cough Syrup, dan Magrip N Cold Syrup. Keempat obat tersebut diproduksi oleh Maiden Pharmaceutical Ltd, India.

Baca Juga: Update Jadwal Bioskop Malang 22 Oktober 2022: Harga tiket, Daftar Film, Lokasi

Kini keempat obat tersebut telah ditarik di Gambia dan disebutkan oleh BPOM tidak terdaftar dan tidak beredar di Indonesia hingga saat ini.

BPOM juga telah menetapkan peraturan dan persyaratan registrasi di setiap produk obat sirup untuk anak dan dewasa bahwa senyawa etilen glikol dan dietilen glikol sudah tidak diperbolehkan digunakan pada obat sirup anak dan dewasa.

“Namun demikian EG (etilen glikol) dan DEG (dietilen glikol) dapat ditemukan sebagai cemaran pada gliserin atau propilen glikol yang digunakan sebagai zat pelarut tambahan, “ kutipan melalui laman resmi BPOM pada 19 Oktober 2022.

“BPOM telah menetapkan batas maksimal EG dan DEG pada kedua bahan tambahan tersebut sesuai standar internasional,” tambahnya.***

Editor: Iksan

Tags

Terkini

Terpopuler