Pertempuran Pecah di Sudan, Ketika Kedua Utusan Sedang Mediasi di Arab Saudi

- 7 Mei 2023, 17:37 WIB
Konflik Sudan tetap berlangsung, meskipun kedua belah pihak sedang melakukan mediasi di Arab Saudi
Konflik Sudan tetap berlangsung, meskipun kedua belah pihak sedang melakukan mediasi di Arab Saudi /// Reuters/ Umit Bekta

MALANG TERKINI – Pertempuran berlangsung di Khartoum selatan pada hari Minggu ketika utusan dari pihak-pihak yang bertikai di Sudan sedang berada di Arab Saudi untuk melakukan pembicaraan dan mediasi.

Mediasi tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama tiga minggu, yang telah menewaskan ratusan orang, serta memicu eksodus besar-besaran.

Inisiatif dari negara Amerika Serikat serta Arab Saudi adalah upaya serius pertama untuk mengakhiri pertempuran antara tentara negara dan Pasukan Dukungan Cepat paramiliter (RSF) yang telah mengubah sebagian Ibu Kota Sudan, Khartoum, menjadi zona perang.

Baca Juga: 6 Tips Unik dan Sederhana Atasi Stres, Bisa Mulai Dipraktikkan

Adanya konflik yang terjadi selama hampir satu bulan ini, telah menggagalkan rencana yang didukung internasional untuk mengantarkan pemerintahan sipil setelah bertahun-tahun, dari kerusuhan dan pemberontakan.

Konflik Sudan tewaskan ratusan orang dan lukai ribuan orang

Dilansir Malang Terkini dari Arab News, pertempuran yang berlangsung sejak pertengahan April ini telah menewaskan ratusan orang dan melukai ribuan lainnya.

Pertempuran juga telah mengganggu pasokan bantuan, dan mengirim sekitar 100.000 pengungsi melarikan diri ke luar negeri untuk menghindari zona konflik.

Manahil Salah, seorang dokter laboratorium berusia 28 tahun dalam penerbangan evakuasi dari Port Sudan ke Uni Emirat Arab, mengatakan bahwa keluarganya bersembunyi selama tiga hari di rumah mereka dekat markas tentara di ibu kota, sebelum akhirnya melakukan perjalanan ke Pantai Laut Merah.

Baca Juga: AI Siap Buat Skrip Film Blockbuster Hollywood? Aksi Pemogokan Penulis Meningkat di AS

“Saya senang bisa bertahan hidup,” katanya. “Tapi saya merasakan kesedihan yang mendalam karena saya meninggalkan ibu dan ayah saya di Sudan, dan sedih karena semua rasa sakit ini terjadi di tanah air saya,” ucap Manahil Salah.

Ribuan orang terdorong untuk pergi dari Port Sudan dengan menggunakan perahu ke Arab Saudi, membayar penerbangan komersial yang mahal melalui satu-satunya bandara yang berfungsi di negara itu, atau menggunakan penerbangan evakuasi.

“Kami beruntung melakukan perjalanan ke Abu Dhabi, tetapi apa yang terjadi di Khartoum, tempat saya menghabiskan seluruh hidup saya, sangat menyakitkan,” kata Abdulkader, 75 tahun, yang juga mengikuti penerbangan evakuasi ke UEA.

Kedua pihak yang bertikai bahas gencatan senjata, bukan akhiri perang

Sementara para mediator mencari jalan menuju perdamaian, namun kedua belah pihak yang bertikai, menegaskan bahwa mereka hanya akan membahas gencatan senjata kemanusiaan, bukan merundingkan untuk mengakhiri perang Sudan.

Mengonfirmasi kehadiran kelompoknya, pemimpin RSF Mohamed Hamdan Dagalo, atau dikenal sebagai Hemedti, mengatakan bahwa dia berharap pembicaraan akan mencapai tujuan yang dimaksudkan untuk menyelamatkan warga sipil Sudan.

Baca Juga: Tes Ilusi Optik: Temukan Kata Tersembunyi dalam 7 Detik untuk Ukur Kecerdasan

Diketahui bahwa Hemedti telah bersumpah untuk menangkap, ataupun membunuh pemimpin militer, Abdel Fattah Al-Burhan.

Terdapat bukti di lapangan bahwa kedua belah pihak baik tentara negara maupun RSF, tetap tidak mau berkompromi untuk mengakhiri pertumpahan darah.***

Editor: Niken Astuti Olivia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah