Asumsi yang salah, tidak berdasar, dan serampangan adalah hal yang mempengaruhi terbentuknya stigma.
Kesalahpahaman yang umum adalah bahwa orang yang menderita gangguan mental harus ditakuti atau dihindari karena sifatnya yang berpotensi menimbulkan bahaya.
Pada kenyataannya, individu yang hidup dengan gangguan mental justru dua kali lebih mungkin menjadi korban kekerasan daripada menjadi pelaku kekerasan.
Baca Juga: Waspada! Inilah 5 Ciri Kesehatan Mental yang Sedang Menurun
Stigmatisasi dan kesalahpahaman sering kali berasal dari kurangnya pengetahuan dan informasi yang salah.
Dampak media terhadap gangguan mental
Kesalahpahaman tentang gangguan mental dan mengapa begitu banyak orang masih meyakininya, salah satunya berasal dari media.
Seringkali, representasi orang dengan gangguan mental yang ada dalam benak masyarakat berasal dari penggambaran dalam film atau televisi yang sering membesar-besarkan stereotip dan mencitrakan atribut negatif pada tokoh penderita gangguan mental demi hiburan.
Pada film Split (2016), misalnya, menggambarkan karakter yang berjuang hidup dengan gangguan identitas disosiatif.
Para kritikus menilai film ini tidak hanya menjelek-jelekkan individu dengan kepribadian ganda, tetapi juga melecehkan kepribadian tokoh dalam film.