Jangan Lengah! Cegah Bayi dari Risiko Obesitas, Ini 7 Caranya

- 28 Februari 2023, 13:13 WIB
Ilustrasi. Obesitas pada bayi dapat dicegah dengan tummy time
Ilustrasi. Obesitas pada bayi dapat dicegah dengan tummy time //Pexels/Victoria Akvarel/

MALANG TERKINI - Beberapa waktu lalu seorang balita asal Bekasi, Jawa Barat tengah menjadi bahan perbincangan masyarakat karena memiliki berat badan mencapai 26,9 kilogram pada usia 16 bulan yang sudah bisa disebut dengan obesitas.

Muhammad Kenzi Alfaro atau biasa dipanggil Kenzi menjadi perhatian petugas kesehatan saat dibawa oleh sang ibu ke Posyandu Setyamulya di Desa Pusaka Rakyat, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi pada bulan Desember 2022 lalu.

Balita yang lahir pada tanggal 12 Oktober 2021 ini sudah memiliki berat badan mencapai 4,5 kilogram dengan tinggi 48 centimeter saat dilahirkan. Kemudian berat badannya mulai bertambah drastis di saat Kenzi sudah memasuki umur 6 bulan dan memulai MPASI.

Baca Juga: Manfaat Buah Honje untuk Kesehatan yang Tidak Banyak Orang Ketahui, serta Cara Pengolahan

Menurut pengakuan Pitriah, ibu dari Kenzi, sang anak diberikan susu formula sejak lahir karena tidak mendapatkan ASI. Setelah usianya menginjak 1 tahun, Kenzi mendapatkan kental manis lantaran kondisi keuangan yang kurang untuk membeli susu formula.

Obesitas yang terjadi pada Kenzi membuatnya mengalami banyak kesulitan dalam perkembangannya. Balita ini jadi tidak bisa bergerak bebas, kesulitan dalam berjalan dan hanya bisa melakukan aktivitas duduk serta berbaring.

Cara mencegah bayi dari risiko obesitas sejak dini

World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa obesitas merupakan penumpukan lemak yang berlebihan akibat ketidakseimbangan asupan energi (energy intake) dengan energi yang digunakan (energy expenditure) dalam waktu lama.

Obesitas ini memiliki dampak yang buruk bagi anak, selain mengganggu perkembangan dan pertumbuhannya juga berdampak buruk bagi kesehatan anak. Mulai dari adanya risiko penyakit jantung, penyakit diabetes melitus, terganggunya saluran pernapasan, bahkan stroke.

Baca Juga: Inilah Bahaya Diffuse Axonal Injury, Cedera yang Menimpa David Korban Penganiayaan

Tidak hanya itu, obesitas ini juga bisa berdampak pada masalah sosial dan emosional sang anak nantinya. Oleh karena itu, sebaiknya lakukan pencegahan risiko obesitas ini sejak dini. Berikut 7 cara yang bisa dilakukan oleh para ibu untuk menjaga si kecil dari risiko obesitas.

1. Menerapkan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) merupakan proses meletakkan bayi secara tengkurap di dada atau di perut ibu yang dilakukan sekurang-kurangnya satu jam setelah bayi dilahirkan. Pada proses ini bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri bukan diberikan ke puting susu.

IMD ini akan membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI eksklusif. WHO dan Unicef merekomendasikan kegiatan inisiasi menyusui dini ini sebagai tindakan 'penyelamatan kehidupan' yang mana bisa menyelamatkan 22 persen dari bayi yang meninggal sebelum usia satu bulan.

2. Pemberian ASI Eksklusif

Baca Juga: 3 Pilihan MP ASI Berbahan Dasar Sayur untuk Usia Diatas 12 Bulan, Nomor 2 Cocok untuk Cuaca Saat Ini

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin dan mineral)

Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan hingga umur anak 2 tahun memberikan banyak manfaat. Telah banyak bukti ilmiah yang mengatakan bahwa bayi dengan ASI eksklusif dapat terhindar dari malnutrisi, baik itu kekurangan gizi ataupun kelebihan gizi (overweight dan obesitas), memiliki tingkat kecerdasan yang lebih, daya tahan tubuh yang lebih baik terhadap penyakit, dan manfaat lainnya yang membawa dampak yang sangat baik untuk tumbuh kembang anak.

Beberapa penelitian telah dilakukan dan salah satu penelitian menunjukkan bahwa anak yang diberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan memiliki risiko 22 persen lebih rendah untuk mengalami obesitas di usia anak-anak nya, dan risiko obesitas pada anak akan lebih rendah 36 persen jika diberikan ASI eksklusif dengan periode lebih dari 9 bulan.

3. Lakukan tummy time saat Bayi

Tummy time merupakan kegiatan melatih bayi dengan tengkurap yang dilakukan pada minggu pertama setelah tali pusar bayi puput.

Kegiatan ini bermanfaat untuk melatih kekuatan pada otot bayi, khususnya otot leher, dada, bahu, dan lengan pada bayi.

Baca Juga: 7 Manfaat dari Air Timun, Salah Satunya Kaya Akan Antioksidan yang Dapat Membantu Mencegah Kanker

Melakukan kegiatan ini secara rutin dapat membuat keseimbangan tubuh bayi akan lebih terlatih dan si kecil akan lebih cepat mencapai kemampuannya dalam merangkak, duduk, dan berjalan.

Aktivitas fisik yang lebih cepat dari umur yang seharusnya dapat mengeluarkan energi si kecil daripada hanya berbaring sehingga risiko obesitas dapat terhindarkan.

4. Pemberian makanan bayi anak (PMBA) sesuai kelompok umur

Memberikan makanan pada bayi atau biasa dikenal dengan MPASI harus dilakukan di saat bayi memasuki umur 6 bulan. Jika diberikan sebelum 6 bulan dapat menyebabkan sang anak belum siap dan mengganggu penyerapan nutrisi dari ASI dan berakhir mengalami risiko obesitas.

Jika terlambat atau lebih dari 6 bulan, memiliki risiko kekurangan nutrisi terutama zink dan zat besi.

Selain itu, tekstur makanan yang diberikan harus diperhatikan. Bayi usia 6 sampai 9 bulan diberikan tekstur makanan bubur kental, usia 9-12 bulan diberikan tekstur makanan yang dicincang halus dan finger food, dan usia 12-24 bulan sudah bisa diberikan makanan keluarga serta dicincang bila diperlukan.

5. Terapkan sleep hygiene

Baca Juga: Sering Dehidrasi? Ini 9 Tips Agar Bisa Minum Lebih Banyak Air

Sleep hygiene merupakan pola tidur sehat yang dapat membantu bayi untuk tidur teratur dengan kualitas tidur yang baik.

Anak yang tidurnya tidak cukup dan tidak berkualitas memiliki risiko obesitas yang lebih tinggi. Sehingga, pola tidur yang sehat diperlukan untuk perkembangan dan pertumbuhan si kecil lebih optimal.

Sleep hygiene dapat dilakukan dengan menentukan jam tidur dan bangun anak secara konsisten, mengganti baju yang bersih dan nyaman sebelum tidur, dan menciptakan ruangan yang nyaman dan tenang dengan lampu yang diredupkan.

6. Memilih makanan dengan 3S serendah mungkin

Bayi yang sudah memasuki usia makan atau sudah memasuki tahapan MPASI sebisa mungkin menghindari makanan yang mengandung 3S (sugar, salt, saturated fat). Jika harus mengonsumsi makanan dengan kandungan 3S tersebut, pilihlah yang paling rendah kandungannya.

Utamakan makanan yang dibuat di rumah sendiri dengan memperhatikan kandungan gizi seimbang seperti karbohidrat, protein, zat besi, dan kalsium. Khususnya sebaiknya konsumi daging, sayur-sayuran, dan buah-buahan.

7. Batasi konsumsi kemasan

Jika anak sudah memasuki usia diperbolehkan memakan makanan kemasan atau sudah berusia 2 tahun, pemberian makanan kemasan harus sangat diperhatikan.

Baca Juga: Jangan Panik, Ternyata Cegukan pada Bayi Punya Beberapa Manfaat Kesehatan

Kasus Kenzi dari pengakuan sang ibu bahwa balita tersebut sudah diberikan jajanan warung berupa ciki-ciki kentang sebagai cemilan walaupun tidak habis satu bungkus.

Setiap orang tua pasti ingin melihat anaknya gemuk karena terkesan lucu. Namun, gemuk bukan berarti sehat, begitupun dengan kurus yang juga dapat membahayakan si kecil. Lakukan pemeriksaan ke dokter segera mungkin jika pertumbuhan si kecil dirasa tidak normal.***

Editor: Niken Astuti Olivia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x