Pemanis Sintetis pada Makanan Berisiko Meningkatkan Serangan Jantung

- 6 Maret 2023, 09:35 WIB
Ilustrasi pemanis sintetis
Ilustrasi pemanis sintetis /PIXABAY/congerdesign

MALANG TERKINI – Penelitian baru yang diterbitkan oleh jurnal Nature Medicine mengungkapkan bahwa pemanis sintetis atau buatan yang biasa digunakan dalam olahan makanan ternyata dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.

Pemanis sintetis ini mengandung erythritol yang jika digunakan dalam skala besar dapat menimbulkan peningkatan risiko penggumpalan darah.

Seseorang yang memiliki erythritol dalam jumlah yang besar dalam darah akan lebih berisiko dua kali lipat terkena serangan jantung dan stroke dibandingkan dengan seseorang yang jumlah erythritol dalam darahnya sedikit.

Dikutip Malang Terkini dari PMJ News pada Senin, 6 Maret 2023, dr. Stanley Hazen selaku peneliti senior mengungkapkan sebelum makan diharuskan untuk membaca label untuk menghindari kandungan erythritol pada makanan, terutama jika memiliki risiko terkena kardiovaskular.

Baca Juga: 5 Makanan yang Mengandung Probiotik, Enak dan Kaya Manfaat bagi Kesehatan

Sedangkan menurut dr. Karen Aspry Ketua Peneliti Kelompok Kerja Nutrisi dan Gaya Hidup American College of Cardiology mengungkapkan butuh lebih banyak penelitian untuk memastikan bahwa erythritol berpotensi berbahaya.

Karen menuturkan bahwa penggunaan erythritol yang sedikit pada makanan tidak akan menimbulkan bahaya.

Erythritol sudah diproduksi secara komersial selama lebih dari 30 tahun dan digunakan sebagai pemanis industri oleh lebih dari 50 negara. Hal tersebut diungkapkan oleh Calorie Control Council Amerika Serikat.

Erythritol mengandung 70 persen pemanis gula dan diproduksi dengan cara memfermentasi jagung. Erythritol dapat ditemukan di makanan keto, dan makanan tanpa gula.

Baca Juga: Liburan ke Semarang, Jangan Lupa Cobain 5 Makanan Khas Ibu Kota Jawa Tengah Ini

Dalam penelitian ini, Hazen dan tim melakukan uji coba dengan mengevaluasi 1.157 pasien yang sedang menjalani penilaian kesehatan jantung. Dari kasus tersebut peneliti menemukan bahwa kadar erythritol pada darah dihubungkan dengan risiko tiga tahun seseorang yang menderita serangan jantung atau stroke.

Menurut Hazen, penelitian ini sebenarnya sedang mencari tahu tentang bahan kimia dalam darah pasien lalu diidentifikasi mana yang berisiko terkena serangan jantung, stroke, hingga kematian pada tiga tahun ke depan.

Akhirnya peneliti menemukan bahan kimia dalam darah yaitu erythritol yang dapat memprediksi perkembangan serangan jantung, stroke, dan kematian pada masa yang akan datang.

Dari temuan tersebut, tim peneliti menindaklanjuti dengan penelitian lain terhadap 2.149 orang Amerika dan 833 orang Eropa.

Baca Juga: 7 Jenis Minyak yang Digunakan untuk Makanan, dari yang Tidak Sehat sampai yang Paling Sehat untuk Tubuh

Dari penelitian tersebut, ditemukan bahwa orang Amerika memiliki tingkat sirkulasi erythritol tertinggi 80 persen sehingga lebih memungkinkan terkena serangan jantung dan stroke. Sedangkan orang Eropa memiliki tingkat erythritol 2,2 kali lebih mungkin.

Peneliti menemukan bahwa erythritol dalam dalam bekerja memberikan rangsangan kepada trombosit, sehingga trombosit lebih responsif dan menggumpal. Hal tersebut yang dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.

Hazen juga meneliti pada 8 peserta sukarelawan sehat yang mengkonsumsi 30 gram erythritol yang dilarutkan dalam air. Hasilnya ditemukan sisa erythritol pada peserta tersebut sehingga berpotensi meningkatkan risiko pembekuan darah dalam dua sampai tiga hari.***

Editor: Ratna Dwi Mayasari


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x